Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Lifestyle » Budaya yang tergerus zaman, kita harus peduli !!

Budaya yang tergerus zaman, kita harus peduli !!

  • account_circle Fokus id.com
  • calendar_month Kam, 17 Apr 2025
  • visibility 41
  • comment 0 komentar

Fokus.id.com_Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan warisan yang menakjubkan. Dari Sabang hingga Merauke, ribuan tradisi, bahasa, seni, dan adat istiadat saling berinteraksi untuk membentuk identitas bangsa yang unik dan beragam. Setiap daerah memiliki warisan budayanya sendiri, mencakup tarian, pakaian adat, alat musik tradisional, hingga cerita rakyat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, banyak warisan tersebut mulai tergerus dan terlupakan, bahkan dianggap tidak relevan dengan kehidupan saat ini.

Salah satu hal yang mencolok adalah generasi muda yang lebih akrab dengan budaya asing daripada budaya lokal. Fenomena K-pop, anime, dan tren gaya hidup Barat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang sulit dihindari. Tidak ada yang salah dengan mengapresiasi budaya luar, karena dunia saat ini semakin terhubung. Namun, pertanyaannya adalah: apakah kita masih peduli pada budaya kita sendiri? Apakah kita akan membiarkannya pudar perlahan tanpa melakukan perlawanan?

Modernisasi vs Pelestarian Budaya

Perubahan zaman tak bisa dihindari. Kemajuan teknologi dan arus informasi membuat dunia terasa semakin kecil. Sekarang, kita dapat mengetahui kejadian di Korea, Jepang, atau Amerika dalam sekejap mata. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat tantangan yang perlu diwaspadai: terpinggirnya budaya lokal.

Beberapa tanda dapat dilihat dengan jelas:
– Bahasa daerah mulai ditinggalkan. Banyak generasi muda yang tidak lagi mampu berbicara dalam bahasa ibu mereka. Bahasa Jawa, Sunda, Batak, atau Bugis, misalnya, kini hanya diucapkan oleh generasi yang lebih tua.
– Upacara adat yang dulunya sakral kini hanya dipentaskan di festival atau saat kunjungan wisata, kehilangan makna spiritualnya dan tergantikan oleh komersialisasi.
– Kesenian tradisional sering dianggap “ketinggalan zaman. ” Seni seperti wayang kulit, tari daerah, dan musik gamelan sering kali kalah pamor dibandingkan tarian modern atau konser internasional.

Padahal, budaya bukanlah hal yang harus dikorbankan demi modernitas. Keduanya dapat berjalan beriringan. Yang diperlukan adalah kesadaran dan upaya serius untuk menjaga, menyesuaikan, dan menghidupkan kembali budaya dengan cara yang relevan.

Media Sosial: Tantangan dan Peluang

Di era digital ini, media sosial menjadi panggung utama bagi generasi muda untuk berekspresi. Sayangnya, konten yang viral sering kali berasal dari budaya luar. Video TikTok tentang tarian K-pop bisa mendapatkan jutaan tayangan, sementara tari Saman, Jaipong, atau Reog Ponorogo hanya dilihat sesekali di linimasa.

Salah satu penyebabnya adalah penampilan visual budaya lokal yang sering dianggap kurang menarik. Budaya kita sering kali dianggap tidak “instagrammable”, kurang “estetik”, atau terlalu “berat” untuk dikonsumsi dengan cepat. Padahal, ini bergantung pada cara kita mengemas dan menyampaikan konten tersebut.

Kabar baiknya, muncul juga komunitas dan kreator konten muda yang menyadari pentingnya mengangkat budaya lokal. Mereka menciptakan konten seperti:
– Tutorial make-up adat daerah,
– Eksplorasi kuliner tradisional dalam bentuk vlog,
– Video edukatif tentang filosofi batik atau alat musik daerah,
– Reels singkat yang mengenalkan kosakata bahasa daerah dengan cara yang menyenangkan.

Mereka menunjukkan bahwa budaya dapat tetap hidup di era digital jika dipresentasikan dengan cara yang kreatif dan relevan. Media sosial, yang selama ini dianggap sebagai penyebab pelunturan budaya, sebenarnya bisa menjadi alat pelestarian yang efektif jika dimanfaatkan dengan bijak.

Pendidikan Budaya: PR yang Belum Selesai

Pendidikan budaya masih menjadi tugas rumah yang perlu ditangani. Mari kita tingkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya kita, karena di tangan generasi muda, masa depan budaya Indonesia akan ditentukan.
Salah satu permasalahan utama yang menyebabkan memudarnya budaya lokal adalah kurangnya pendidikan yang merangkul identitas budaya. Kurikulum sekolah sering kali lebih memprioritaskan pengetahuan umum dan global, tanpa memberikan penekanan yang cukup pada nilai-nilai budaya lokal. Pelajaran seni dan budaya sering kali dianggap sebagai tambahan, bukan sebagai komponen utama yang membentuk karakter dan identitas siswa.

Padahal, pendidikan mengenai budaya seharusnya menjadi pondasi yang penting dalam pembentukan kepribadian anak-anak Indonesia. Sejak usia dini, mereka perlu diperkenalkan dengan bahasa daerah, tarian tradisional, cerita rakyat, dan filosofi adat. Ini bukan sekadar hafalan, melainkan sebagai nilai hidup yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, nilai gotong royong yang sudah mendarah daging dalam budaya lokal dapat menjadi bekal penting untuk membangun solidaritas sosial di era modern. Cerita rakyat yang kaya akan pelajaran moral dan etika masih relevan untuk menanamkan karakter yang jujur, adil, dan bertanggung jawab.

Refleksi Identitas: Siapa Kita Tanpa Budaya?

Budaya bukan hanya sekadar tari, musik, atau pakaian adat. Budaya adalah identitas kita; ia mencerminkan siapa kita, dari mana kita berasal, serta nilai-nilai yang kita anut sebagai bangsa. Kehilangan budaya berarti kehilangan jati diri.

Bayangkan jika suatu hari anak-anak cucu kita tidak lagi mengenal lagu daerah, tidak pernah menikmati pertunjukan wayang, atau tidak memahami filosofi di balik motif batik. Mereka mungkin hanya melihatnya sebagai artefak museum, bukan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.

Padahal, budaya mengajarkan kita nilai-nilai luhur seperti:
– Toleransi dan keberagaman (sebagaimana tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika),
– Rasa hormat kepada orang tua dan leluhur,
– Kearifan lokal dalam menjaga alam dan lingkungan,
– Ketahanan sosial melalui gotong royong dan solidaritas komunitas.

Semua nilai ini adalah fondasi yang penting untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Jika kita tidak menjaga budaya, kita tidak hanya kehilangan masa lalu, tetapi juga kehilangan persiapan untuk masa depan.

Menjadi Modern Tanpa Kehilangan Akar

Kemajuan zaman seharusnya tidak ditakuti. Kita bisa menjadi bangsa yang modern sambil tetap berpijak pada akar budaya kita. Justru, kekuatan sebuah bangsa di masa depan ditentukan oleh kemampuannya dalam menjaga identitas di tengah derasnya arus globalisasi.

Menjaga budaya tidak harus dilakukan dengan cara-cara konvensional. Kita dapat:
– Membuat konten kreatif yang mengangkat tema budaya lokal,
– Mendorong pendidikan budaya yang kontekstual dan menyenangkan,
– Menyelenggarakan kegiatan komunitas yang memadukan tradisi dengan inovasi,
– Memilih produk lokal, menggunakan bahasa daerah, dan menghidupkan adat dalam kehidupan sehari-hari.

Semua perubahan dapat dimulai dari langkah kecil, seperti menyanyikan lagu daerah, mengenakan batik tidak hanya pada hari Jumat, ikut belajar menari atau memainkan alat musik tradisional, atau sekadar mengajak teman bercakap dalam bahasa ibu.

Mari kita rawat budaya, bukan sekadar melalui seremoni tahunan, tetapi dengan aksi nyata. Budaya bukan hanya sesuatu yang diwariskan dari nenek moyang, tetapi juga sesuatu yang kita pinjam dari anak cucu kita. Sudahkah kita menjaga titipan itu dengan baik?

Penulis

Fokusid.com merupakan sebuah platform media informasi yang hadir untuk memberikan akses berita dan pengetahuan yang akurat, terpercaya, dan berimbang kepada masyarakat. Sebagai alat media informasi, Fokusid.com berkomitmen untuk menyajikan konten yang relevan dan berkualitas,Dengan mengedepankan integritas jurnalistik dan prinsip keberimbangan dalam penyajian informasi.

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • GAP YEAR: MENGAMBIL JEDA ADALAH PILIHAN YANG CERDAS DALAM HIDUPMU

    GAP YEAR: MENGAMBIL JEDA ADALAH PILIHAN YANG CERDAS DALAM HIDUPMU

    • calendar_month Ming, 20 Apr 2025
    • account_circle Fokus id.com
    • visibility 71
    • 0Komentar

    Fokusid.com_Siapa yang bilang kamu harus langsung melanjutkan kuliah setelah lulus sekolah, atau terjun ke dunia kerja begitu selesai kuliah? Kenapa harus terjebak dalam norma-norma yang ada jika hidupmu dapat menjadi lebih bermakna dengan mengambil arah yang berbeda? Di tengah dunia yang selalu mendesak kita untuk bergerak cepat, produktif, dan meraih kesuksesan dalam waktu singkat, ada […]

  • Bisnis produk digital, peluang tantangan dan strategi sukses

    Bisnis produk digital, peluang tantangan dan strategi sukses

    • calendar_month Sel, 15 Apr 2025
    • account_circle Fokus id.com
    • visibility 24
    • 0Komentar

    (Poto Grid.ID) Fokusid.com_Apakah kamu pernah berpikir bahwa sesuatu yang tidak dapat disentuh atau disimpan di dalam lemari dapat menjadi sumber pendapatan yang nyata? Sektor digital telah memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk menciptakan, menjual, dan mendirikan usaha dari produk-produk yang sepenuhnya dalam bentuk digital—tanpa perlunya stok fisik, tanpa harus memiliki gudang, dan bahkan tanpa pengiriman […]

  • BUZZER POLITIK DAN DISINFORMASI: ANCAMAN SERIUS BAGI DEMOKRASI

    BUZZER POLITIK DAN DISINFORMASI: ANCAMAN SERIUS BAGI DEMOKRASI

    • calendar_month Sab, 19 Apr 2025
    • account_circle Fokus id.com
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Fokusid.com_Di era digital saat ini, di mana arus informasi mengalir cepat dan tak terbendung, keberadaan buzzer politik menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Mereka muncul di berbagai platform media sosial dengan narasi yang terstruktur dengan baik, seringkali memengaruhi opini publik dalam skala besar. Di balik layar, buzzer tidak hanya mengungkapkan dukungan terhadap tokoh atau partai […]

  • Tradisi bulan syawal, kembali suci dan merajut silaturahmi

    Tradisi bulan syawal, kembali suci dan merajut silaturahmi

    • calendar_month Sel, 15 Apr 2025
    • account_circle Fokus id.com
    • visibility 23
    • 0Komentar

    Fokusid.com_Setelah satu bulan penuh umat Muslim menjalani puasa Ramadan dengan kekhususan dan harapan, saatnya tiba bulan yang dinantikan: bulan Syawal. Syawal adalah bulan pertama setelah Ramadan dalam kalender Hijriah. Namun, perlu diingat, meskipun Ramadan telah berlalu, semangat dan kebiasaan baik tidak berhenti. Sebaliknya, bulan Syawal menjadi awal untuk membuktikan apakah kita berhasil menjadi pribadi yang […]

  • Wapres Ma’ruf Amin, rencana evakuasi warga Gaza: Tidak masalah

    Wapres Ma’ruf Amin, rencana evakuasi warga Gaza: Tidak masalah

    • calendar_month Sen, 21 Apr 2025
    • account_circle Fokus id.com
    • visibility 82
    • 0Komentar

    Jakarta (Fokusid. com) – Wakil Presiden ke-13 Republik Indonesia, Ma’ruf Amin, berpendapat bahwa tidak ada masalah jika pemerintah berencana untuk mengevakuasi warga Palestina yang berada di Gaza ke Indonesia. “Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengatasi kesulitan yang ada di Gaza dengan berbagai cara. Jika langkah itu bisa memberikan solusi, maka tidak ada masalah,” ungkapnya […]

  • Penyakit menular seksual, tentang kesehatan jadi perlu keberanian menyampaikan !!

    Penyakit menular seksual, tentang kesehatan jadi perlu keberanian menyampaikan !!

    • calendar_month Sel, 15 Apr 2025
    • account_circle Fokus id.com
    • visibility 24
    • 0Komentar

    Fokusid.com_Jika kita berbicara tentang kesehatan, biasanya orang lebih nyaman membahas batuk, flu, atau tekanan darah. Namun, ketika topik beralih ke penyakit menular seksual, atau PMS, banyak orang langsung merasa tidak nyaman. Meskipun demikian, PMS adalah sebuah masalah kesehatan yang serius yang dapat mengenai siapa saja, tanpa memandang usia, status sosial, atau penampilan seseorang. Menariknya, penyakit […]

expand_less