Perayaan Hari Bank Indonesia: mempertahankan kestabilan, mendorong perkembangan ekonomi
- account_circle Fokus id.com
- calendar_month Sen, 7 Jul 2025
- visibility 32
- comment 0 komentar

(Doc, Woman Indonesia)
Jakarta (Fokusid. com) – Perayaan Hari Bank Indonesia setiap 5 Juli tidak hanya sekadar simbol untuk mengenang berdirinya bank sentral, tetapi juga berfungsi sebagai momen refleksi mengenai perannya dalam mempertahankan stabilitas ekonomi dan memperkuat jalur pertumbuhan nasional.
Di tahun 2025 ini, peringatan Hari Bank Indonesia berlangsung di tengah kondisi ekonomi global yang masih menghadapi banyak tantangan, seperti melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, kebijakan proteksionis dari negara-negara maju, serta ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah.
Sebagai lembaga moneter yang independen, Bank Indonesia (BI) memiliki posisi strategis dalam menjaga stabilitas harga, mempertahankan nilai tukar rupiah, menjamin kelancaran sistem pembayaran, serta menyusun kombinasi kebijakan moneter dan makroprudensial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dalam konteks terjadinya semester kedua tahun 2025, peran BI menjadi sangat penting untuk mencapai target pertumbuhan nasional sekitar 5 persen.
Salah satu tanda yang paling jelas dari keberhasilan peran Bank Indonesia adalah terkendalinya inflasi di tanah air. Sampai Juni 2025, inflasi tercatat sekitar 2,52 persen secara tahunan, sesuai dengan sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 2,5 ±1 persen. Inflasi inti tetap terkendali rendah, sedangkan harga pangan yang berfluktuasi dapat dikelola berkat kolaborasi dengan Tim Pengendali Inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah.
Kondisi stabil ini memberi Bank Indonesia kesempatan untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih mendukung, tanpa mengurangi daya beli masyarakat. Pada Rapat Dewan Gubernur di bulan Mei dan Juni lalu, BI menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) dari 5,75 persen menjadi 5,25 persen. Langkah ini diambil untuk menghadapi perlambatan ekonomi global serta memberikan stimulus bagi sektor riil dan perbankan.
Bank Indonesia juga aktif berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan melakukan intervensi di tiga area, yaitu pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan pasar Surat Berharga Negara (SBN). Walaupun nilai tukar sempat mengalami penurunan hingga mencapai Rp16. 300 per dolar AS pada akhir kuartal pertama, intervensi yang dilakukan oleh BI berhasil mengendalikan fluktuasi tersebut, sehingga meningkatkan kepercayaan di kalangan pelaku usaha dan investor.
Untuk mendukung pemulihan ekonomi domestik, Bank Indonesia juga memperlonggar kebijakan makroprudensial. Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) terus dilonggarkan untuk mendorong penyaluran kredit oleh lembaga perbankan, khususnya kepada sektor-sektor produktif seperti pertanian, industri pengolahan, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit pada Mei 2025 telah mencapai 10,3 persen secara tahunan, meningkat dari 8,7 persen di periode yang sama tahun sebelumnya. Dukungan likuiditas yang didorong oleh kebijakan Bank Indonesia memiliki peran penting dalam tren ini, terutama di tengah ketidakpastian global yang membuat lembaga keuangan menjadi lebih hati-hati dalam memberikan kredit.
Selain menjalankan tugas konvensional di bidang moneter, Bank Indonesia juga meningkatkan perannya dalam transformasi digital di sektor keuangan. Penguatan sistem pembayaran digital melalui kode respons cepat standar Indonesia (QRIS) dan perluasan layanan BI-FAST terus mendorong inklusi keuangan dan efisiensi transaksi.
Hingga pertengahan 2025, jumlah pedagang yang menggunakan QRIS telah mencapai lebih dari 30 juta, dengan dominasi dari pelaku UMKM. Pertumbuhan transaksi digital dalam sistem BI-FAST telah mencapai 45 persen secara tahunan, menunjukkan percepatan adopsi digital dalam sistem keuangan nasional.
Proyeksi optimis
Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami perbaikan pada semester kedua tahun 2025. Keyakinan ini didasarkan pada berbagai indikator makroekonomi yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan, terutama dalam sektor perdagangan internasional, konsumsi rumah tangga, dan peningkatan iklim investasi.
Ekspor Nonmigas yang Meningkat
Dari sudut pandang eksternal, ekspor nonmigas menunjukkan hasil yang positif. Pada kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan ekspor nonmigas mencapai 6,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, meningkat signifikan dari 3,8 persen yang tercatat pada kuartal pertama.
Kenaikan ini terutama didorong oleh naiknya permintaan dari beberapa mitra dagang utama, seperti India, negara-negara ASEAN, dan kawasan Timur Tengah. Hal ini menandakan adanya pemulihan dalam aktivitas perdagangan global di tengah kondisi ekonomi Tiongkok yang melemah dan ketidakpastian di pasar Eropa.
Konsumsi Rumah Tangga yang Meningkat
Di sisi domestik, diperkirakan bahwa konsumsi rumah tangga akan mengalami peningkatan. Ini tak terlepas dari kebijakan pemerintah yang memperkenalkan kembali gaji ke-13 untuk pegawai negeri serta percepatan penggunaan anggaran negara dalam APBN yang berlaku saat ini.
Ditambah dengan bantuan subsidi untuk sektor transportasi dan energi, kebijakan ini menjadi dukungan penting bagi daya beli masyarakat dan mendorong permintaan domestik pada paruh kedua tahun ini.
Pemulihan Investasi
Dalam hal investasi, baik sektor pemerintah maupun swasta menunjukkan tanda-tanda kembali pulih. Penyesuaian suku bunga dasar oleh Bank Indonesia yang saat ini berada di angka 5,25 persen memberikan kesempatan bagi dunia usaha dan meningkatkan kepercayaan pelaku ekonomi terhadap prospek pertumbuhan jangka menengah.
Kepastian ini juga diperkuat oleh upaya pemerintah dalam mempercepat pelaksanaan proyek strategis nasional serta kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif namun tetap terukur.
Tantangan yang Masih Ada
Meskipun begitu, tantangan struktural dan risiko eksternal tetap menjadi perhatian utama. Konsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah mengalami stagnasi, terutama disebabkan oleh tekanan inflasi pangan dan upah riil yang belum sepenuhnya kembali normal. Dunia usaha, terutama sektor manufaktur dan logistik, masih harus menghadapi beban biaya operasional yang tinggi akibat peningkatan biaya distribusi dan energi.
Di sisi lain, ketidakpastian global yang muncul akibat konflik perdagangan internasional, perang di Timur Tengah, serta perubahan arah kebijakan moneter di negara maju dapat menyebabkan fluktuasi arus modal dan berdampak pada nilai tukar rupiah.
Sinergi Kebijakan Ekonomi
Dalam konteks ini, konsistensi dan kehati-hatian dalam kebijakan yang diterapkan oleh Bank Indonesia dan pemerintah menjadi kunci untuk memastikan pertumbuhan ekonomi nasional tetap pada jalur yang sehat. Sinergi antara kebijakan moneter yang mendukung, kebijakan makroprudensial yang inklusif, serta langkah fiskal yang terukur dan tepat sasaran akan sangat menentukan dalam memandu pemulihan ekonomi Indonesia agar berlangsung tidak hanya sementara tetapi juga berkelanjutan dan inklusif.
Proyeksi Ekonomi yang Lebih Baik
Bank Indonesia memperkirakan bahwa kinerja ekonomi Indonesia akan menunjukkan perbaikan pada semester kedua tahun 2025. Beberapa indikator telah menunjukkan tanda pemulihan, di antaranya adalah pertumbuhan ekspor nonmigas, penguatan konsumsi rumah tangga berkat stimulus fiskal, dan investasi yang mulai memberikan dampak positif.
Namun, tantangan tetap ada. Konsumsi masyarakat menengah ke bawah masih stagnan, tekanan terhadap dunia usaha masih ada akibat tingginya biaya logistik, dan dampak dari konflik perdagangan serta geopolitical global dapat memunculkan ketidakpastian dalam arus modal.
Pentingnya Sinergi Kebijakan
Dalam berbagai kesempatan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menekankan perlunya sinergi antara kebijakan moneter, makroprudensial, dan fiskal. Bank Indonesia memberikan dukungan penuh terhadap reformasi fiskal pemerintah melalui kebijakan yang bersifat stabilitas dan pertumbuhan.
Dengan semua kebijakan yang ada, peran Bank Indonesia ke depan akan semakin krusial. Dalam semangat Hari Bank Indonesia, lembaga ini diharapkan terus berfungsi sebagai penyangga stabilitas ekonomi nasional sekaligus pendorong pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. (Sumber Antara)
Penulis Fokus id.com
Fokusid.com merupakan sebuah platform media informasi yang hadir untuk memberikan akses berita dan pengetahuan yang akurat, terpercaya, dan berimbang kepada masyarakat. Sebagai alat media informasi, Fokusid.com berkomitmen untuk menyajikan konten yang relevan dan berkualitas,Dengan mengedepankan integritas jurnalistik dan prinsip keberimbangan dalam penyajian informasi.
Saat ini belum ada komentar