Meneladani Tokoh Proklamator Bung Karno Awet Muda & Cara Didik Anak
- account_circle Fokus id.com
- calendar_month Sel, 8 Jul 2025
- visibility 25
- comment 0 komentar

( Doc,Uici.ac.id)
FOKUSID.COM-Wartawan dari harian Manila Times pernah melakukan wawancara dengan Bung Karno sekitar tahun 1963. Wartawan tersebut bernama Nimia P. Arroyo. Ia mengajukan berbagai pertanyaan kepada Bung Karno, terutama mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, mulai dari rahasia untuk tampak awet muda, tokoh yang ia kagumi, cara mendidik anaknya, hingga aktivitas sehari-harinya. Wawancara antara Nimia dan Bung Karno itu kemudian ditulis kembali oleh Nurjana Sutarjo di dalam Majalah Api Islam: Pengemban Amanat Penderitaan Rakyat, yang diterbitkan pada tahun 1965. Majalah Api Islam dipimpin oleh Ahmad Notosutarjo, dan mendapatkan dukungan dari tokoh NU seperti KH. Idham Khalid dan KH. Saifuddin Zuhri yang diminta untuk menjadi pembinanya.
Saat diwawancarai, Bung Karno menyatakan bahwa ia tidak memiliki rahasia atau perawatan khusus apa pun. Meskipun ada yang menyebut bahwa wajahnya masih tampak muda di usianya yang sudah 62 tahun, hal itu mungkin berkat rutinitas berjalan kaki setiap pagi yang ia terapkan dengan disiplin. “Saya tidak memiliki rahasia, saya selalu berolahraga, setelah bangun pagi, saya selalu jalan-jalan,” ujar Bung Karno. Selain itu, ia juga terbiasa berdoa sepanjang waktu. Bahkan ketika berbincang dengan orang lain, beliau berusaha untuk tidak melupakan berdoa kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan selalu mendengar doa umat-Nya di mana pun mereka berada. Saking biasanya beliau berdoa, dalam pidato di depan publik, terkadang ia berhenti sejenak untuk berdoa.
Gaya Hidup Sederhana Bung Besar
Terkait dengan makanan, Bung Karno mengungkapkan bahwa dia tidak menyukai hidangan yang glamor. Ia lebih senang dengan makanan yang sederhana. Dia lebih memilih ikan daripada daging. Salah satu jenis ikan yang sangat disukainya adalah ikan kering yang berasal dari Filipina, yaitu “ikan daeng”. Selain berjalan kaki, Bung Karno sebenarnya tidak selalu tertarik pada olahraga. Dia memiliki hobi mengumpulkan karya seni dalam berbagai bentuk, termasuk musik. Meskipun tidak bisa memainkan alat musik, dia menikmati mendengarkan musik dan bernyanyi, terutama lagu-lagu yang berasal dari perasaan dan menggambarkan emosi masyarakat.
Hal-hal yang berasal dari perasaan yang tulus sering kali menghasilkan karya yang indah dan dapat menarik perhatian banyak orang. Inilah yang menjadi ciri khas Bung Karno dalam berpidato. Ia selalu menyuarakan apa yang ada di dalam hatinya. Ia menolak untuk dianggap sebagai seorang orator ulung, melainkan berusaha menyampaikan apa yang dirasakannya. “Saya rasa bukan begitu, saya hanya mengungkapkan apa yang ada di hati. Saya tidak pernah berbohong,” kata Bung Karno. Bung Karno juga menyatakan bahwa dia berbicara dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Siapa pun yang mendengarnya pasti paham dan ingin terus mendengarkan. Ia berbicara layaknya seorang ayah yang sedang berbincang dengan anaknya. Bahkan, jarang sekali dia bersiap sebelum memberi pidato. Ia lebih suka berbicara secara spontan.
Inspirator Sang Proklamator
Sebagai seorang pemimpin, Bung Karno tentunya memiliki sumber inspirasi. Ia tidak tiba-tiba menjadi pemimpin besar. Prosesnya penuh liku, dan ia selalu menikmati membaca serta belajar dari pengalaman para pemimpin sebelumnya. Ketika ditanya mengenai tokoh yang menjadi inspirasinya, Bung Karno menyebutkan beberapa sosok yang dikaguminya, baik dalam seni, filsafat, maupun pemikiran. Beberapa tokoh yang dikaguminya termasuk Jefferson, Lenin, Nehru, Eisenhower, Aguinaldo, dan Bertrand Russell yang juga merupakan temannya. Tiba-tiba Nimia bertanya tentang Winston Churchill, penasaran dengan pendapat Bung Karno. Ia tidak melupakan kontribusi Churchill dalam Atlantic Charter, yang menjanjikan kebebasan untuk negara-negara besar maupun kecil. Namun, ketika ditanya mengenai India, ia marah dan mengatakan bahwa ia tidak akan memimpin negerinya untuk menghancurkan kekuasaan Inggris. “Kalau begitu, untuk apa Churchill menandatangani Atlantic Charter. . ,” tambah Bung Karno.
Parenting Bapak Bangsa
Mengenai pendidikan anak, Bung Karno mengatakan bahwa ia melatih anak-anaknya sejak kecil untuk mencintai Indonesia. Ia mendidik mereka dengan cara tradisional, bukan dengan metode yang berasal dari luar. Anak-anak Bung Karno didorong untuk berpartisipasi dalam perayaan 17 Agustus dengan menampilkan tarian tradisional Indonesia. Ia melarang anak-anaknya untuk menari dengan gaya barat. Menurutnya, dengan mempelajari tarian Indonesia, mereka akan lebih bangga terhadap tanah airnya.
Selain itu, Bung Karno tidak pernah melarang anaknya untuk menikah dengan siapa pun, asalkan mereka mencintai Indonesia dan menyayangi negara ini. Meskipun sebenarnya ia berharap anak-anaknya menikah dengan orang-orang sebangsanya, jika ada yang ingin menikah dengan orang asing, ia pun tidak bisa melarang. Sebagai seorang Presiden, aktivitas Bung Karno sangatlah padat. Dia mengungkapkan bahwa dia bekerja tidak kurang dari 18 jam dalam sehari. Ia melayani setiap tamu yang datang, bahkan pada malam hari sekalipun. “Saya bangun jam 6 pagi, saya berjalan di kebun dan taman untuk memeriksa apakah tanaman tumbuh dengan baik. Terkadang saya menerima tamu dengan mengenakan piyama. Setelah sarapan, saya menerima tamu atau bekerja di ruang kerja. Setelah makan siang, saya istirahat dan membaca, kemudian melanjutkan bekerja hingga larut malam,” demikian penjelasan Bung Karno. (Sumber islami.co)
Penulis Fokus id.com
Fokusid.com merupakan sebuah platform media informasi yang hadir untuk memberikan akses berita dan pengetahuan yang akurat, terpercaya, dan berimbang kepada masyarakat. Sebagai alat media informasi, Fokusid.com berkomitmen untuk menyajikan konten yang relevan dan berkualitas,Dengan mengedepankan integritas jurnalistik dan prinsip keberimbangan dalam penyajian informasi.
Saat ini belum ada komentar